Rabu, 22 Oktober 2008
Learning How To Love You
Entah kenapa ketika tulisan ini dibuat, lagu George yang satu ini semakin membuatku untuk terus memutar ulang terus hingga malam pun semakin larut. Lagu cinta memang selalu bisa diinterpretasikan lebih meluas dan lebih mendalam, tergantung bagaimana persepsi kita pada saat itu. Mau dibawa sebagai peneman suasana hati "picisan" yang larut dalam nuansa romance..bisa, atau ke hal-hal yang bersifat spiritual juga bisa. Karena memang pada dasarnya kita adalah makhluk spiritual yang mempunyai hati dan disitulah bersemayam cinta. Sedalam dan sebesar apa cinta kita, tergantung dengan "distorsi" apa yang merasukinya. Hati itu tercipta fitrah untuk mencintai-Nya.
Sebelum penulisan ini menjadi semakin meluas, berikut ini adalah kutipan lirik dari lagu Learning How To Love You...
While all is still in the night
And silence starts its flow
Become or disbelieve me
Left alone with my heart
Im learning how to love you
While waiting on the light
How patience learned to grow
Endeavor could relieve me
Left alone with my heart
I know that I can love you
Love you like you may have never been
Move you more ways than you have seen
To a point in the time where we see so much more
Than the ground that we touch
With each step so unsure
As teardrops cloud the sight
Your eyes may never know
No truth could ever fear me
And left alone with my heart
Im learning how to love you.
Love you like you may have never seen
Move you more ways than you have been
To a point in the time where we see so much more
Than the ground that we touch
With each step so unsure
As teardrops cloud the sight
Your eyes may never know
No truth could ever fear me
And left alone with my heart
Im learning how to love you
Hmmmhhh...malam yang semakin larut ini rasanya semakin membuat hati semakin terenyuh dalam alunan nada dan lirik dari lagu ini. Hingga tiap liriknya membuat melayang menembus relung-relung yang membuatku semakin terpesona. Sebuah perasaan yang tidak biasa dan mungkin sudah lama tidak tersibak.
Maha suci Engkau yang menganugerahi cinta melalui cara-Mu dan sangatlah mudah semua itu bagi-Mu.
Terpesona ...
Ketika takbiratul ihram itu meluncur dari lidahku
Seluruh jiwa ragaku tiba-tiba lenyap dalam kebesaran-Mu
Sungguh aku tak tahu
Apakah aku telah sampai ke langit ketujuh sebagaimana Rasul-Mu
Sangat boleh jadi
Aku tak pernah beranjak dari duniaku
Tapi bukankah ENGKAU meliputi segala sesuatu ???
(courtesy of: Agus Mustofa - Terpesona Di Sidratul Muntaha)
Rabu, 24 September 2008
Seorang Bayi dan "Malaikat"nya
Selasa, 19 Agustus 2008
HATI SEORANG AYAH
Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk- bungkuk, disertai suara batuk-batuknya. Anak wanita itu bertanya pada ayahnya: Ayah , mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk?" Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda.
Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban Ayahnya. Anak wanita itu berguman: " Aku tidak mengerti."
Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran. Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki." Demikian bisik Ayahnya, membuat anak wanita itu tambah kebingungan.
Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri Ibunya lalu bertanya :"Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?"
Ibunya menjawab: "Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar-benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian." Hanya itu jawaban Sang Bunda.
Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran.
Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini.
"Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman teduh dan terlindungi. "
"Ku-ciptakan bahunya yang kekar & berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya & kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya."
"Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. "
"Kuberikan Keperkasaan & mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya & yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya."
"Ku berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat & membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya. "
"Ku berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai & mengasihi keluarganya, didalam kondisi & situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi & mengasihi sesama saudara."
"Ku-berikan kebijaksanaan & kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan & menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani & bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan,
sejajar & saling melengkapi serta saling menyayangi."
"Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari & menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia & BADANNYA YANG TERBUNGKUK agar dapat membuktikan, bahwa sebagai laki-laki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. "
"Ku-berikan Kepada Laki-laki tanggung jawab penuh sebagai Pemimpin keluarga, sebagai Tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah Amanah di Dunia & Akhirat."
Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut & berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdoa, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayanya. " AKU MENDENGAR & MERASAKAN BEBANMU, AYAH."
Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ayah...
Note: Berbahagialah yang masih memiliki Ayah. Dan lakukanlah yang terbaik untuknya. Berbahagialah yang merasa sebagai ayah. Dan lakukanlah yang terbaik buat keluarga kita...
Selasa, 05 Agustus 2008
Wanita (An-Nisaa)
“Sudahkan engkau lihat semua detail yang saya buat untuk menciptakan mereka?"
“Yah.. SAYA membuatnya lembut. Tapi ENGKAU belum bisa bayangkan kekuatan yang SAYA berikan agar mereka dapat mengatasi banyak hal yang luar biasa.“
“TUHAN, ENGKAU buat ciptaan ini kelihatan lelah & rapuh! Seolah terlalu banyak beban baginya.”
Jumat, 01 Agustus 2008
Eksistensi, Visi, dan Keputusan
Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan saya sebelumnya mengenai kehidupan dan penghidupan. Menurut saya topik ini cukup menarik untuk ditulis karena pada saat “perkuliahan” ini berlangsung tidak segores pena pun dapat saya coretkan pada buku catatan yang terbawa pada saat itu. Meskipun kejadiannya sendiri sudah lewat hampir setahun yang lalu, namun masih membekas secara emosional mengenai apa itu eksis, visi, dan keputusan.
Eksistensi
Eksistensi berawal dari kata dasar eksis, yang secara harfiah berarti ada atau keberadaan. Sebagai makhluk sosial manusia secara individu berkomuni dalam jaringan sosialnya. Jaringan itu bisa berbentuk komunitas, grup, perusahaan, partai, atau apapun itu namanya yang merupakan sekumpulan individu yang masing-masingnya unik. Sebagai bagian dari jaringan tersebut, keberadaan (baca: eksistensi) seseorang mutlak dibutuhkan agar komponen jaringan lainnya menyadari keberadaan suatu individu. Permasalahannya bukan bagaimana cara untuk eksis , tapi lebih ke seberapa bergunanya kita terhadap lingkungan sehingga cukup menyadari keberadaan kita.
Visi
Tahapan selanjutnya setelah eksis adalah visi. Berkaitan dengan eksistensi, visi akan tercermin atau bisa jadi mencerminkan eksistensinya. Salah satu cara agar bisa dikatakan eksis adalah dengan berkomunikasi dengan mengeluarkan pernyataan dan pertanyaan, sehingga individu dan lingkungan sekitar dapat melihat visi apa dari pernyataan dan pertanyaan tersebut. Visi terhadap suatu solusi dari suatu permasalahan yang memungkinkan untuk diimplementasikan akan berharga dan bermanfaat bagi lingkungan dan system. Visi membawa individu lebih dari sekedar menjadi eksis, dan membuat keberadaan nya lebih berada (baca: bernilai). Sejauh ini kedua unsur (eksistensi dan visi) saling berkaitan dan saling menguatkan.
Keputusan
Terakhir tapi bukan yang paling akhir, adalah keputusan (decision). Bagian ini merupakan bagaimana sebuah keputusan diambil sebagai hasil kristalisasi eksitensi dan visi. Pada akhirnya keputusan yang diambil merupakan karena suatu pilihan bukan karena suatu keharusan. Seringkali terdengar dan terlihat sulit ketika sudah dihadapkan dengan pengambilan keputusan. Keputusan yang terbaik adalah pilihan yang berdasarkan pada suara hati (hati nurani, atau apapun istilahnya), karena suara tersebut sudah built-in sejak setiap individu diciptakan dari sumber yang SATU. Suaranya bisa jadi selama ini tidak terdengar tapi yang terjadi sebenarnya adalah terabaikan, permasalahannya seberapa jernih kita bisa dan mau mendengarkan NYA. Bisa saja terdengar sangat jernih atau banyak derau yang menghalanginya tergantung seberapa besar kita buat penghalang yang menghalanginya.
Kesimpulan sementara yang bisa saya ambil mengenai wacana ini adalah bahwa ketiga unsur tersebut (eksistensi, visi dan keputusan) merupakan tiga komponen manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan akan saling menguatkan. Mereka terhubung dan berkaitan sebagaimana halnya tiga titik yang membentuk lingkaran, dan terus bergerak maju seiring perjalanan waktu akan saling menguatkan satu sama lain. Dalam bayangan saya ketiga unsur tersebut berbentuk seperti spiral; terlihat seperti lingkaran dari depan dan belakang, terlihat seperti garis-garis yang saling berhubungan dari sisi samping, dengan demikian jika dilihat secara tiga dimensi akan terlihat seperti spiral. Kalaupun jadinya lingkaran-lingkaran itu melemah adalah hal yang wajar sebagaimana manusia merupakan ciptaan yang bisa berbuat salah namun bisa belajar untuk kembali menguatkannya. Menjadi sempurna bukanlah suatu tujuan, tapi seberapa besar usaha kita untuk memperbaiki ketidaksempurnaan dan belajar dari masa lalu serta mensyukuri apa yang diberikan saat ini sehingga membuat kita cukup optimis dalam menghadapi hari esok yang tetap merupakan misteri.
Apa yang tertulis diatas merupakan opini saya mengenai eksistensi, visi, dan keputusan dalam perspektif saya. Bagi orang-orang yang membacanya dan mungkin tidak sependapat dengan hal tersebut adalah hal yang wajar, sebagaimana perbedaan merupakan “hadiah” yang diberikan Nya kepada kita, sehingga kita semakin bersyukur dan menyadari betapa spesialnya kita sebagai makhluk ciptaan NYA. Kita bisa dikatakan eksis karena cara kita berkomunikasi, dengan demikian visi akan terlihat, hingga pada akhirnya keputusan yang dipilih pun akan bernilai dan akan dihargai.
Kamis, 31 Juli 2008
Kehidupan dan Penghidupan
Sebagai pembuka, rasa syukur pertama kali saya panjatkan kepada sang Maha Pemurah.. sang Maha Pemberi Ampunan.. sang Maha Tunggal, P’ INF, M’ IF, dan Ed yang telah menjadi bagian dari salah satu momen yang sangat berharga dalam perjalananku, sehingga saya harus memutuskan untuk menuliskan momen ini dalam bahasa keyboardku. Bisa jadi ini merupakan salah satu topik yang menarik untuk dibaca, ditulis, dikomentari (bagi orang-orang yang menginginkannya) terutama buat saya pribadi sebagai pengingat tentang apa itu kehidupan dan penghidupan.
Kurang lebih sekitar setahun yang lalu sejak tulisan ini dibuat ketika momen ini berlangsung. Hal ini terjadi pada saat pertama kali bergabung dalam perusahaan dimana saya bekerja sekarang. Sebagai anggota baru dalam suatu jaringan yang luas, orientasi dan observasi terhadap lingkungan bisa jadi merupakan hal penting pertama yang harus dilakukan (bahasa gampangnya keliling-keliling). Pada hari itu saya melakukan “pengelilingan” itu ke beberapa bagian lain yang berhubungan dengan proses bisnis dimana saya ditempatkan. Hingga pada akhir orientasi itu, tibalah kami di ruangan P’ INF yang belum pernah saya kenal siapa dan bagaimana sebelumnya.
Perbincangan (atau mungkin lebih cocok disebut kuliah gratis) yang berlangsung saat itu cukup menarik. Beberapa hal yang menjadi topic pembahasan saat itu adalah:
- · Kehidupan dan Penghidupan
- · Eksistensi, Visi, dan Keputusan
- · Ego dan Super Ego
Pada bagian ini saya hanya akan menyoroti poin kehidupan dan penghidupan (life and living). Untuk poin-poin yang mungkin jika masih diberikan kesempatan akan dituangkan dalam tulisan selanjutnya.
Diferensiasi Antara Kehidupan dan Penghidupan
Pada awalnya ketika saya diajukan pertanyaan apa itu kehidupan dan penghidupan, terdengar seperti suatu hal yang biasa didengar dan hampir tidak ada perbedaan. Keduanya memang berkaitan dan saling mendukung, tapi sampai dengan pada saat itu belum ada suatu pendekatan nilai yang lain mengenai apa itu kehidupan dan penghidupan. Suatu pengertian baru yang saya terima pada saat itu adalah bahwa kehidupan lebih ke bagaimana kita ingin mengakhirinya (pendekatan start from the back), sedangkan penghidupan adalah lebih ke bagaimana kita menjalani kehidupan ini. Dari mana kita harus memulai ..??? Putuskan kehidupan ingin seperti apa (diakhiri) maka penghidupan akan mengikutinya untuk mencapai titik kehidupan itu.
Saat itu saya diberikan contoh mengenai kisah Mozart, seorang komposer simponi orkestra yang telah menghasilkan banyak karya agung dan telah dianugerahi berbagai penghargaan. Namun pada akhir masa hidupnya, tidak sepeser uangpun ia miliki bahkan untuk biaya penguburannya. Artinya sudah banyak contoh dimana terlihat penghidupannya baik namun tidak dengan kehidupannya. Bisa saja seseorang memiliki penghidupan yang “buruk” (menurut sisi pandang “baik”) degan cara merampok, mabuk-mabukan, dan maksiat lainnya namun dibalik itu ia memiliki kehidupan yang baik untuk membiayai kebutuhan rumah tangganya. anak-anaknya agar bisa sekolah, pengobatan orang tuanya, dan sejenisnya. Memang yang ideal adalah kehidupan yang baik akan diikuti dengan penghidupan yang baik juga, dalam hal penghidupan sejauh mana hati nuraninya berperan agar tetap baik.
Momen “perkuliahan” ini menyadarkan pada satu titik sudah sejauh mana saya menetapkan bagaimana kehidupan ini akan berakhir nantinya. Hal ini juga membuka mata saya bahwa mungkin yang selama ini saya lihat adalah berbagai macam penghidupan belum sampai menyentuh bagian kehidupan. Kehidupan merupakan hasil keputusan yang ditetapkan tentang bagaimana kita inigin mengakhirinya, dengan akhir yang baik atau dengan akhir yang buruk. Hubungannya dengan penghidupan adalah bahwa penghidupan akan mengikuti keputusan hidup yang telah ditetapkan. Namun sejalan dengan beriringnya waktu, penghidupan bisa saja membawa individu semakin dekat dengan target kehidupan atau malah semakin menjauhkannya. Setiap individu itu sendirilah yang memutuskan. Perkuliahan ini sangat menarik sehingga membuatku pada saat itu tidak sempat menggoreskan pena di buku catatan yang terbawa saat itu.
Sebagai bagian akhir, kesimpulan (value) sementara yang bisa saya ambil adalah kehidupan dan penghidupan merupakan dua komponen yang saling berhubungan dan terkait satu sama lain dalam hubungan sebab akibat. Keputusan hidup akan membawa setiap individu kepada bagaimana ia menjalankan kehidupannya sebagaimana tercermin dalam penghidupannya. Penghidupan dapat membawa seseorang semakin dekat dengan kehidupannya atau malah sebaliknya. Kehidupan untuk penghidupan atau penghidupan untuk sebuah kehidupan. Mulai dari bagian akhir (baca: impian) untuk menentukan bagaimana kehidupan ini akan berakhir atau diakhiri (silahkan pilih istilah mana yang lebih tepat).