Selasa, 19 Agustus 2008

HATI SEORANG AYAH



Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap  wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk- bungkuk, disertai suara batuk-batuknya. Anak wanita itu bertanya  pada ayahnya: Ayah , mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan  badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk?" Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda.

Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban Ayahnya. Anak wanita itu berguman: " Aku tidak mengerti."

Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran. Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak  wanita itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya  mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki."  Demikian bisik Ayahnya, membuat anak wanita itu tambah kebingungan.

Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri  Ibunya lalu bertanya :"Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut-merut  dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi  demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?"

Ibunya menjawab: "Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar-benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian." Hanya itu jawaban Sang Bunda.

Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran.

Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini.

"Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman teduh dan terlindungi. "

"Ku-ciptakan bahunya yang kekar & berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya & kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya."

"Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. "

"Kuberikan Keperkasaan & mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya & yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya."

"Ku berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat & membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya. "

"Ku berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai & mengasihi keluarganya, didalam kondisi & situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi & mengasihi sesama saudara."

"Ku-berikan kebijaksanaan & kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan & menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani & bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan,
sejajar & saling melengkapi serta saling menyayangi."


"Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari & menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia & BADANNYA YANG TERBUNGKUK agar dapat membuktikan, bahwa sebagai laki-laki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. "

"Ku-berikan Kepada Laki-laki tanggung jawab penuh sebagai Pemimpin keluarga, sebagai Tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah Amanah di Dunia & Akhirat."

Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut & berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdoa, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayanya. " AKU MENDENGAR & MERASAKAN BEBANMU, AYAH."

Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ayah... 

Note: Berbahagialah yang masih memiliki Ayah. Dan lakukanlah yang terbaik untuknya. Berbahagialah yang merasa sebagai ayah. Dan lakukanlah yang terbaik buat keluarga kita...

Selasa, 05 Agustus 2008

Wanita (An-Nisaa)


(Tulisan ini ku persembahkan untuk Ibu ku yang tidak pernah lelah membesarkan ku, andai bisa kurasakan sakitnya beliau saat melahirkan ku di dunia yang indah ini..tapi aku takkan pernah bisa merasakannya, namun sedikitpun beliau tidak pernah mengeluh dan menuntut balasan pernah merasakan itu bahkan nyawapun dipertaruhkannya. Meskipun tulisan ini bukanlah hasil karya ku sendiri, semoga doa ini bisa mendekatkan diriku yang kecil ini kepada-NYA yang telah menurunkan cinta-NYA melalui Ibu ku. Semoga beliau tidak lagi merasakan sakit lagi melihat anaknya yang diamanatkan oleh Sang Maha Pemurah dan Penyayang. 
Untuk wanita-wanita lainnya, semoga bisa memberikan pencerahan betapa berharganya kalian dan tiada sia-sia Sang Maha Pencipta menciptakan wanita...)

Ketika Tuhan menciptakan wanita, DIA lembur pada hari ke-enam, Malaikat datang dan bertanya, ”Mengapa begitu lama, Tuhan?”

Tuhan menjawab:
“Sudahkan engkau lihat semua detail yang saya buat untuk menciptakan mereka?"
 
“ 2 Tangan ini harus bisa dibersihkan, tetapi bahannya bukan dari plastik. Setidaknya terdiri dari 200 bagian yang bisa digerakkan dan berfungsi baik untuk segala jenis makanan. Mampu menjaga banyak anak saat yang bersamaan. Punya pelukan yang dapat menyembuhkan sakit hati dan keterpurukan… , dan semua dilakukannya cukup dengan dua tangan ini ”
 
Malaikat itu takjub.
“Hanya dengan dua tangan?....impossible!“
Dan itu model standard?!
“Sudahlah TUHAN, cukup dulu untuk hari ini, besok kita lanjutkan lagi untuk menyempurnakannya“.
 
“Tapi ENGKAU membuatnya begitu lembut TUHAN ?” 

“Yah.. SAYA membuatnya lembut. Tapi ENGKAU belum bisa bayangkan kekuatan yang SAYA berikan agar mereka dapat mengatasi banyak hal yang luar biasa.“
Dia bisa berpikir?”, tanya malaikat. 

Tuhan menjawab:
“Tidak hanya berpikir, dia mampu bernegosiasi."
 
Malaikat itu menyentuh dagunya....

“TUHAN, ENGKAU buat ciptaan ini kelihatan lelah & rapuh! Seolah terlalu banyak beban baginya.” 
“Itu bukan lelah atau rapuh....itu air mata”, koreksi TUHAN
“Untuk apa?”, tanya malaikat
 
TUHAN melanjutkan:
“Air mata adalah salah satu cara dia mengekspressikan kegembiraan, kegalauan, cinta, kesepian, penderitaan dan kebanggaan.”
“Luar biasa, ENGKAU jenius TUHAN” kata malaikat.
“ENGKAU memikirkan segala sesuatunya, wanita- ciptaanMU ini akan sungguh menakjubkan!"
 
Ya mestii…!
Wanita ini akan mempunyai kekuatan mempesona laki-laki. Dia dapat mengatasi beban bahkan melebihi laki-laki.
Dia mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapatnya sendiri.
Dia mampu tersenyum bahkan saat hatinya menjerit.
Mampu menyanyi saat menangis, menangis saat terharu, bahkan tertawa saat ketakutan.
 
Dia berkorban demi orang yang dicintainya.
Mampu berdiri melawan ketidakadilan.
Dia tidak menolak kalau melihat yang lebih baik.
Dia menerjunkan dirinya untuk keluarganya. Dia membawa temannya yang sakit untuk berobat.
Cintanya tanpa syarat.
 
Dia menangis saat melihat anaknya adalah pemenang.
Dia girang dan bersorak saat melihat kawannya tertawa .
Dia begitu bahagia mendengar kelahiran.
 
Hatinya begitu sedih mendengar berita sakit dan kematian.
Tetapi dia selalu punya kekuatan untuk mengatasi hidup.
Dia tahu bahwa sebuah ciuman dan pelukan dapat menyembuhkan luka.
 
Hanya ada satu hal yang kurang dari wanita:
 
Dia lupa betapa berharganya dia...

Jumat, 01 Agustus 2008

Eksistensi, Visi, dan Keputusan

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan saya sebelumnya mengenai kehidupan dan penghidupan. Menurut saya topik ini cukup menarik untuk ditulis karena pada saat “perkuliahan” ini berlangsung tidak segores pena pun dapat saya coretkan pada buku catatan yang terbawa pada saat itu. Meskipun kejadiannya sendiri sudah lewat hampir setahun yang lalu, namun masih membekas secara emosional mengenai apa itu eksis, visi, dan keputusan.

Eksistensi

Eksistensi berawal dari kata dasar eksis, yang secara harfiah berarti ada atau keberadaan. Sebagai makhluk sosial manusia secara individu berkomuni dalam jaringan sosialnya. Jaringan itu bisa berbentuk komunitas, grup, perusahaan, partai, atau apapun itu namanya yang merupakan sekumpulan individu yang masing-masingnya unik. Sebagai bagian dari jaringan tersebut, keberadaan (baca: eksistensi) seseorang mutlak dibutuhkan agar komponen jaringan lainnya menyadari keberadaan suatu individu. Permasalahannya bukan bagaimana cara untuk eksis , tapi lebih ke seberapa bergunanya kita terhadap lingkungan sehingga cukup menyadari keberadaan kita.

Visi

Tahapan selanjutnya setelah eksis adalah visi. Berkaitan dengan eksistensi, visi akan tercermin atau bisa jadi mencerminkan eksistensinya. Salah satu cara agar bisa dikatakan eksis adalah dengan berkomunikasi dengan mengeluarkan pernyataan dan pertanyaan, sehingga individu dan lingkungan sekitar dapat melihat visi apa dari pernyataan dan pertanyaan tersebut. Visi terhadap suatu solusi dari suatu permasalahan yang memungkinkan untuk diimplementasikan akan berharga dan bermanfaat bagi lingkungan dan system. Visi membawa individu lebih dari sekedar menjadi eksis, dan membuat keberadaan nya lebih berada (baca: bernilai). Sejauh ini kedua unsur (eksistensi dan visi) saling berkaitan dan saling menguatkan.

Keputusan

Terakhir tapi bukan yang paling akhir, adalah keputusan (decision). Bagian ini merupakan bagaimana sebuah keputusan diambil sebagai hasil kristalisasi eksitensi dan visi. Pada akhirnya keputusan yang diambil merupakan karena suatu pilihan bukan karena suatu keharusan. Seringkali terdengar dan terlihat sulit ketika sudah dihadapkan dengan pengambilan keputusan. Keputusan yang terbaik adalah pilihan yang berdasarkan pada suara hati (hati nurani, atau apapun istilahnya), karena suara tersebut sudah built-in sejak setiap individu diciptakan dari sumber yang SATU. Suaranya bisa jadi selama ini tidak terdengar tapi yang terjadi sebenarnya adalah terabaikan, permasalahannya seberapa jernih kita bisa dan mau mendengarkan NYA. Bisa saja terdengar sangat jernih atau banyak derau yang menghalanginya tergantung seberapa besar kita buat penghalang  yang menghalanginya.

Kesimpulan sementara yang bisa saya ambil mengenai wacana ini adalah bahwa ketiga unsur tersebut (eksistensi, visi dan keputusan) merupakan tiga komponen manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan akan saling menguatkan. Mereka terhubung dan berkaitan sebagaimana halnya tiga titik yang membentuk lingkaran, dan terus bergerak maju seiring perjalanan waktu akan saling menguatkan satu sama lain. Dalam bayangan saya ketiga unsur tersebut berbentuk seperti spiral;  terlihat seperti lingkaran dari depan dan belakang, terlihat seperti garis-garis yang saling berhubungan dari sisi samping, dengan demikian jika dilihat secara tiga dimensi akan terlihat seperti spiral. Kalaupun jadinya lingkaran-lingkaran itu melemah adalah hal yang wajar sebagaimana manusia merupakan ciptaan yang bisa berbuat salah namun bisa belajar untuk kembali menguatkannya. Menjadi sempurna bukanlah suatu tujuan, tapi seberapa besar usaha kita untuk memperbaiki ketidaksempurnaan dan belajar dari masa lalu serta mensyukuri apa yang diberikan saat ini sehingga membuat kita cukup optimis dalam menghadapi hari esok yang tetap merupakan misteri.

Apa yang tertulis diatas merupakan opini saya mengenai eksistensi, visi, dan keputusan dalam perspektif saya. Bagi orang-orang yang membacanya dan mungkin tidak sependapat dengan hal tersebut adalah hal yang wajar, sebagaimana perbedaan merupakan “hadiah” yang diberikan Nya kepada kita, sehingga kita semakin bersyukur dan menyadari betapa spesialnya kita sebagai makhluk ciptaan NYA. Kita bisa dikatakan eksis karena cara kita berkomunikasi, dengan demikian visi akan terlihat, hingga pada akhirnya keputusan yang dipilih pun akan bernilai dan akan dihargai.